Mengetahui Beberapa Hal Menarik Dari Bojonegoro, Memiliki Wisata Kayangan Api Yang Tidak Pernah Padam
Jakarta - Bojonegoro adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, dengan ibu kota Bojonegoro Kabupaten ini berbatasan langsung dengan lima Kabupaten, yaitu di bagian utara dengan Kabupaten Tuban, bagian timur dengan Kabupaten Lamongan.
Di bagian Selatan dengan Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi, serta bagian Barat dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah). Bagian Barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia.
Pada 2020, penduduk kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.339.100
jiwa dengan kepadatan 580 jiwa/km persegi. Bojonegoro dikenal sebagai
penghasil kerajinan, salah satunya adalah mebel kayu jati. Produk
unggulan ini telah lama dikenal dan berkualitas ekspor, karena
Bojonegoro merupakan penghasil kayu jati berkualitas.
Corak dan desain telah disesuaikan dengan situasi zaman, baik lemari,
bufet, meja, kursi atau tempat tidur. Daerah-daerah yang terkenal
sebagai industri mebel di antaranya Sukorejo dan Temayang. Mebel
Bojonegoro dibuat dari kayu-kayu jati asli dan usianya sudah cukup tua.
Dengan menggukan kayu yang tua maka hasil mebelnya dan ukirannya akan
sangat indah sehingga memberikan corak yang khas. Bojonegoro juga
memiliki tambang batu oniks yang melimpah sehingga berbagai produk
kerajinan oniks dapat dihasilkan dengan kualitas sangat memuaskan.
Pusat
kerajinan batu oniks terdapat di Kecamatan Bubulan. Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Bojonegoro. Berikut enam fakta
menarik seputar Kabupaten Bojonegoro yang dirangkum dari berbagai
sumber.
Sejarah Bojonegoro
Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat
kebudayaan Hindu yang datang dari India. Sampai abad ke-16, Bojonegoro
termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Seiring dengan berdirinya
Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kesultanan
Demak.
Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu
terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai
lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya
merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta).
Pada 20 Oktober 1677,
condition Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi
kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga
merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang.
Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten
Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Sunan Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta)
naik takhta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari
Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 kilometres sebelah selatan kota
Bojonegoro sekarang.
Tari Tayub
Tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro
dan sekitarnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi
gamelan dan tembang Jawa yang dilantunkan oleh waranggono yang syairnya
sarat dengan petuah dan ajaran.
Pertunjukan tari ini banyak dipergunakan
untuk meramaikan kegiatan hajatan yang banyak dilaksanakan oleh warga
Bojonegoro ataupun kegiatan kebudayaan yang lain.
Biasanya dalam mengadakan kegiatannya, tarian Tayub ini sudah
terkoordinasi dalam suatu kelompok tertentu dengan nama khas
masing-masing. Kelompok tari Tayub ini banyak terdapat di Kecamatan
Temayang dan Bubulan yang terletak sekitar 30 kilometres dari Kecamatan
Kota Bojonegoro
Wisata Bojonegoro
Banyak tempat wisata di Bojonegoro yang merupakan bentukan alam dan
tidak dibuat dengan campur tangan manusia. Salah satunya adalah Waduk
Pacal. Waduk ini merupakan bangunan peninggalan Belanda yang telah
dibangun sejak 1933 untuk mengairi pertanian di wilayah sekitar.
Keindahan alam menjadi nilai jual utama bagi waduk pacal ini. Tidak jauh
dari Waduk Pacal, Anda bisa menemukan salah satu wisata Bojonegoro
lainnya yaitu Hutan Jati Dander. Sebagai daerah penghasil kayu jati
terbaik di Indonesia, tentunya akan terasa kurang kalau belum mampir ke
hutan jatinya Bojonegoro.
Yang juga jadi ciri khas Bojonegoro adalah Kayangan Api, yaitu sumber
api abadi yang merupakan fenomena geologi berupa gas alam yang keluar
dari dalam tanah melalui rekahan. Terletak di Desa Sendangharjo,
Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, api ini tidak pernah
padam meski terkena hujan.
Dengan keunikannya dan jarang ditemui di lokasi manapun, kayangan api
menjadi salah satu objek wisata unggulan Bojonegoro yang banyak
dikunjungi wisatawan. Selain wisata alam ada juga bangunan khas seperti
Alun-alun Bojonegoro, yaitu tanah lapang yang berada di pusat Kabupaten
Bojonegoro. Alun-alun ini juga digunakan untuk berbagai kegiatan
masyarakat, yaitu salat Id, pertandingan bola voli, konser musik,
pertunjukan wayang kulit, dan sebagainya. Di bagian barat alun-alun
berdiri Masjid Agung Bojonegoro.
Wayang Thegul
Wayang Thengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro yang dalam bentuk
tiga dimensi dengan diiringi gamelan pelog atau slendro yang kemungkinan
besar mendapat pengaruh dari alat musik Ponorogo. Walaupun jarang
dipertunjukkan lagi, tetapi keberadaannya tetap dilestarikan di
Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Kanor yang berasalkan dari kata
Kanoragan.
Perkembangan Wayang Thengul saat ini sudah meluas ke daerah lain dengan
beragam modifikasi. Seperti di Ponorogo yang dikenal dengan Wayang Yes
yang mendapatkan didikan secara langsung di Bojonegoro Namun pada Wayang
Yes memiliki perbedaan pada tokoh cerita, bahkan berkaloborasi dengan
dangdut, jazz, dan reog.
Kuliner khas Bojonegoro.
Bukan hanya dikenal akan pusat perajin kayu jati saja, namun makanan
khas Bojonegoro juga tak kalah terkenal. Ada Ledre yang berbentuk gapit
(seperti emping gulung) dengan scent khas pisang raja yang peanut.
Sangat tepat untuk teman minum teh atau dan sajian tamu atau untuk
oleh-oleh.
Ada Rengginang Singkong yang berbahan dasar singkong yang diolah dan
dijadikan rengginang. Ada juga Sego Buwuhan yang terdiri dari nasi putih
yang dilengkapi dengan momok tempe, mi, sayur tewel atau nangka, sate
daging sapi, telur serta rempeyek teri ataupun kacang.
Lalu ada Nasi Flambe yang terdiri dari nasi putuh dengan lauk udang
goreng, telur orak-arik, serta ayam suwir plus sambal terasi. Kuliner
khas Bojonegoro lainnya adalah Gethuk Lindri, Kue Putu, Keripik Jahe,
Wedang Tape, Salak Wedi dan Pepaya Kalifornia Bakalan.
Sandur
Sandur merupakan seni pertunjukan berbentuk teater rakyat yang
berkembang di Bojonegoro dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak
Benda (WBTB) pada 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Pertunjukan Sandur dibawakan oleh sekelompok orang yang
terdiri dari anak wayang, germo, panjak ore, dan jaranan.
Pertunjukan Sandur di Bojonegoro diwakili oleh empat tokoh bernama
Cawik, Pethak, Balong dan Tangsil. Secara umum, kesenian teater ini
tidak berbeda dengan teater tradisional lainnya yang bersifat sederhana
dalam penyajiannya. Daya tarik dari pertunjukan ini terletak pada
kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara kebersamaan kelompok serta
menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat.
Kesenian ini mengajarkan budi pekerti, tolong-menolong, dan tenggang
rasa pada setiap pertunjukannya. Juga terdapat nilai-nilai di dalamnya
seperti nilai edukatif, nilai moral, nilai keindahan, nilai religius,
nilai hiburan dan nilai seni.
Komentar
Posting Komentar